RADIOALHAMZAR.COM, Jakarta – Ketua Umum Himpunan Penyelenggara umrah dan Haji Khusus (Himpuh), Baluki Ahmad mengatakan meski Arab Saudi menyatakan umrah sudah dibuka tapi akses ke masjidil haram sangat ketat.
Semua serba diatur dan Arab Saudi sangat berhati-hati dengan jamaah biasa maupun umrah agar pandemi Coid-19 tak menyebar atau sampai membuat klaster pandemi baru di Masjidil Haram.
”Sampai kemarin, memang umrah sudah dibuka.Tapi jamaahnya pun sangat terbatas. Jangankan jamaah umrah yang berasal dari luar Makkah, orang makkah sendiri ketika akan berkunjung ke Masjidil Haram juga masih sangat tidak leluasa,” kata Baluki Ahmad sebagaimana dilansir Republika.co.id di Jakarta, (5/12).
Baluki menceritakan dalam pembicaraanya dengan penduduk Makkah secara langsung melelaui telepon semalam, mereka menceritakan masuk ke Masjidil Haram masih dibatasi. Bukan hanya jumlah orang yang harus mendaftar melalui aplikasi waktunya pun ditentutkan. Orang Makkah sendiri ketika akan masuk ke Masjidil Haram kini harus melalui banyak prosedur pengecekan.
”Jadi jangankan orang asing, orang Makkah sendiri juga belum nyaman ketika akan berkunjung ke Makkah. Dan bagi para penyelenggara umrah situasi ini menandakan kondisinya memang masih belum kondusif,” ujarnya.
Menurut Baluki, dari sumber yang dipunyainya pemerintah Arab Saudi juga belum jelas menentukan kapan umrah bisa dilakukan dengan sedikit lebih leluasa. “”Pemerintah Saudi belum memberikan tanda-tandanya. Kita lihat sampai Januari depan apakah jamaah Indonesia bisa melakukan umrah atau tidak. Kalau sekarang sih belum,” katanya.
”Dan memang kami terus menunggu kapan waktunya Arab Saudi memberikan kesempatan umrah kepada Muslim Indonesia. Kami masih bertanya sebab mereka juga menganalisa situasi penanganan pandemi Covid 19 di Indonesia. Jadi mereka pasti mempertimbangkannya. Mudah-mudah pihak Saudi segera memberi kesempatan umrah kepada jamaah asal Indonesia,” tegasnya.
Jamaah umrah Indonesia hanya 5-7 Persen
Di tempat terpisah pengusaha travel haji-umrah Yassinta, Muharom Ahmad menilai meski umrah dibuka maka jamaah asal Indonesia pada masa ini jumlahnya diperkirakan hanya 5 sampai 7 persen saja bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum Covid-19. Jumlah ini akan semakin sedikit karena kini umrah sudah ada pembatasan usia, yakni bagi mereka yang berumur 18-16 tahun saja. “Penurunan jumlaah umrah ini pasti terjadi karena terjadi krisis ekonomi di masyarakat kita,” ujarnya.
Pada sisi lain, lanjut Muharom, sikap tak ingin terburu-buru memberanagkatan jamaah umroh ini juga terkait dengan kepastian pelayanan akomodasi selama di tanah suci. Ini terjadi karena semua pekerja yang terkait umrah adalah pekerja asing, misalnya dari sopir, para pegawai hotel, pemandu dan lainnya. Mereka ini baru bisa kembali bekerja di Arab Saudi pada bulan depan, Oktober.
”Nah, saya merasa jelas perlu waktu cukup untuk memastikan segala layanan itu baik dan aman dari pandemi. Kami yakin Arab Saudi pasti akan membelakukannya dengan ketat karena mereka tak ingin timbul fitnah bahwa umrah menjadi sumber atau klaster baru Covid-19. Untuk itulah kami harus cermat dan berhati-hati kabar pembukaan umroh,” tegasnya. (Tim/Rep)