RADIOALHAMZAR.COM, Lombok Timur – Bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami dan lain-lain merupakan musibah yang tak bisa diprediksi kapan terjadi. Untuk itulah diperlukan kesiapan dan kesiagaan menghadapi bencana alam dan non alam.
Terkait hal itulah, Sekolah Menengah Pertama Maraqitta’limat (SMP MT) Pringgabaya Lombok Timur mengadakan sosialisasi mitigasi bencana bekerjasama dengan Dinas Sosial Kabupaten Lombok Timur.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin (19/10) melibatkan para taruna siaga bencana (Tagana) melalui program Tagana Masuk Sekolah (TMS).
Kepala sekolah sekaligus Ketua Cabang Yayasan Maraqitta’limat Pringgabaya, Nurul Ikhsan, SH mengungkapkan, selain sekolah dijadikan misi dakwah, menyiapkan makhluk sosial serta memanusiakan manusia, sekolah bisa juga dijadikan tempat untuk menyambut kebahagiaan.
Menurutnya, program TMS mendapat apresiasi dari sekolah dan juga masyarakat sekitar, sebab program ini langsung menyentuh masyarakat dan dirasakan oleh anak-anak.
“Ini memang acara yang menyenangkan bagi anak-anak dan masyarakat karena yang datang adalah pemangku kebijakan dari dinas sosial,” kata Ikhsan.
Acara seperti ini lanjut Ikhsan, bukan saja berfokus pada persoalan anak tapi persoalan sosial di masyarakat. Apa yang menjadi persoalan di sekolah baik itu masalah sosial atau bencana alam, apalagi sekolah ini berada dekat dengan pantai tentu rawan terhadap bencana.
Jadi apapun program yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini dinas sosial pihak sekolah siap mendukung.
“Kami sangat berharap kepada dinas sosial untuk melakukan aksi bersama kami, kami siap akan membackup,”ungkapnya.
Sementara itu, Kadis Sosial Kabupaten Lombok Timur, H. Ahmat A, S.Kep, MM mengatakan, program TMS ini adalah strategi yang paling tepat untuk mensosialisasikan program pemerintah dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
Dari 12 provinsi di Indonesia, NTB kata Kadis, berstatus waspada. Pasalnya Indonesia dilewati oleh jalur cincin api sehingga beberapa daerah rawan terhadap gempa, banjir, longsor, bahkan rawan terhadap tsunami.
Target dari program tersebut adalah pelajar yang mempunyai pengetahuan tentang potensi bencana. Upaya apa yang dilakukan untuk mengurangi resiko bencana dari tingkatan yang paling sederhana sehingga mereka mampu mengevaluasi diri apabila terjadi bencana.
Dipilihnya SMP-MT menjadi sasaran TMS menurut Ahmat, sebab melihat sekolah ini dekat dengan pantai. Sehingga peserta didik sebagai pilar sosial penting diberikan pemahaman mitigasi bencana untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana.
“Melalui sekolah inilah menyampaikan informasi yang paling tepat. Karena usia segitu paling jujur dan paling paham dan paling dekat dengan teman-teman mainnya,” jelasnya.
Program TMS ini sebagai upaya pemerintah untuk menyiapkan generasi yang sadar dan siap siaga apabila bencana melanda.
Para Taruna Siaga Bencana (tagana) masuk ke sekolah-sekolah mengajarkan berbagai materi dasar upaya Pengurangan Resiko Bencana (PRB) logistik dan shelter kepada peserta didik. (Rusdianto Diendy)