Alifa Saqueenha Humaira nama lengkapnya. Bocah itu,  divonis dokter menderita penyakit Katarak. Penyakit yang biasanya diderita oleh orang dewasa  dan lanjut usia. Bocah yang sejak kecil hidup bersama neneknya di Dusun Mujahidin Desa Lenek Daya  itu, diharuskan menjalani operasi medis agar kembali melihat normal. Lantas?

Awalnya, pada 24 September 2019 lalu, sang Nenek membawa Alifa, bocah berusia 2,4 tahun ini, memeriksakan kondisi kesehatannya ke Puskesmas Lenek Lombok Timur karena keluhan sakit kepala dan panas.

Tak disangka, dokter yang memeriksa kondisi bocah dengan nama lengkap Alifa Saqueenha Humaira ini, ternyata memberikan surat rujukan agar bocah malang itu dibawa ke RSUD Selong untuk pemeriksaaan dan penanganan lebih lanjut.

Di luar dugaan Pihak RSUD Selong memberi kesimpulan dan rujukan  ke RSUP NTB. Disebutkan bahwa, Alifa  menderita penyakit Katarak Longenital.

Alifa bersama dokter dan panitia baksos katarak di RSUD Labuan Haji Lombok Timur

Mendengar keterangan dokter tersebut, keluarga Alifa terutama sang Nenek sangat kaget bukan kepalang. Tidak tahu harus berbuat apa. Sang nenek  tak percaya, bocah yang dirawatnya sejak usia 9 bulan itu menderita penyakit Katarak yang selama ini biasanya diderita orang dewasa dan lanjut usia. Kedua orang tua Alifa, M Junaedi dan Eli Hartati bercerai sudah lama dan memilih jalannya sendiri-sendiri sebagai pekerja migran di luar negeri.

Bagi sang nenek, pilihan untuk menjalani operasi katarak sang cucu tercinta, bukanlah pilihan mudah karena kondisi kehidupan ekonomi keluarga tidak mampu.

Dokter Harir Rahmania SpM, Ketua Tim operasi katarak longenital Alifa di RSUD Praya

Keluarga Alifa Minta Pendampingan LP2MI

Dalam kegamangan itulah, bibi Alifa berinisiatif mencari bantuan dan konsultasi ke Sekretariat Lembaga Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (LP2MI) yang berkantor tidak jauh dari rumahnya.”Ya benar. kami didatangi bibinya awal Oktober lalu, kami diminta bantuan menguruskan surat keterangan tidak mampu ke Kantor Desa Lenak agar Alifa bisa mendapatkan bantuan pengobatan gratis dari pemerintah,”kata Beloyank Aris Munandar, Direktur LP2MI.

Dikatakan Aris, setelah pihaknya mendengarkan keterangan lengkap mengenai kondisi Alifa yang divonis menderita penyakit katarak, pihak LP2MI bersedia memberikan pendampingan dan advokasi untuk membantu mencarikan jalan keluar agar Alifa bisa menjalani perawatan medis sebagaimana mestinya.”Persoalannya saat ini, SKTM ( Surat Keterangan Tidak Mampu,red) sudah tidak berlaku lagi,”jelasnya.

Dikatakan, pihak LP2MI akhirnya berkoordinasi dengan Kepala Desa Lenek dan konsultasi juga ke Baznas Lotim menyikapi kondisi kesehatan bocah malang Alifa.

Walhasil, pada 4 November 2019, LP2MI mendaftarkan nama Alifa sebagai peserta Bakti Sosial Operasi Katarak yang diadakan RSUD Labuan Haji Lombok Timur pada 8 hingga 10 November 2019. Alifa juga sempat menjalani screening di Puskesmas Aikmel  bersama dengan pasien penderita katarak lainnya pada Kamis, 7 November 2019.

Ternyata, hingga 10 November 2019, nama Alifa tidak masuk daftar pasien yang akan menjalani operasi katarak di RSUD Labuan Haji. “Alasan pihak panitia dan dokter, Alifa masih balita dan butuh penanganan khusus dan memadai karena harus dibius umum dulu,”terang Aris mengutip keterangan panitia bakti sosial operasi katarak.

Koordinasi pun terus intensif dilakukan LP2MI dengan panitia dan pihak dokter yang menangani Alifa di RSUD Labuan Haji.”Kami bersepakat dan menyetujui penanganan Alifa akan dilanjutkan ke RSUD Praya dan akan diupayakan biaya operasinya gratis,”cerita Aris.

Pada Kamis (14/11), LP2MI mendaftarkan Alifa sebagai pasien umum di RSUD Praya. Semua syarat dan pembiayaan ditalangi, mulai biaya retribusi rumah sakit, konsultasi dokter spesialis poli mata, poli anak, rontgen, laboratorium hingga pembayaran obat di apotik.”Mudah-mudahan semua biaya yang kita keluarkan akan diganti pihak terkait sesuai kwitansi,”tandasnya.

Ternyata, proses operasi pun belum bisa terlaksana. Kondisi fisik bocah Alifa tidak stabil karena tiba-tiba terkena flu, demam dan batuk pilek. Dokter menyarankan agar Alifa dibawa pulang dulu hingga kondisi kesehatannya membaik dan operasinya akan dijadwal ulang.

Pada Sabtu (16/11), Alifa kembali di bawa ke RSUD Praya untuk diperiksa kembali sesuai anjuran dokter anak. “Alhamdulillah, kami disambut baik terutama Dokter Harier yang membantu Alifa agar bisa cepat operasi, hanya menunggu konsul bius yang sedikit tertunda dan kami pun kembali ke Lombok Timur hingga menunggu operasi yang dijadwalkan tanggal 20 November,”jelasnya dan menyebutkan semua pembayaran diselesaikan beserta bukti kwitansinya.

Sesuai jadwal yang ditetapkan, Alifa akhirnya kembali ke RSUD Praya pada 20 November 2019 yang disambut dengan baik oleh pihak rumah sakit.”Kami tidak perlu repot lagi karena semua diuruskan pihak rumah sakit, mulai mendaftar, ke dokter bius, obat-obatan sampai mendapatkan kamar pra operasi yang terjadwal nomor urut 2 dan dijadwalkan operasi keesokan harinya,”tutur Aris seraya menambahkan penanganan infus dan pemberian obat tetes mata Alifa pra operasi secara teratur dibimbing hingga Alifa menjalani puasa.

Akhirnya, pada Kamis (21/11) tepat Pukul 11.13 Wita, bocah Alifa menjalani operasi katarak mata yang berlangsung sekitar 40 menit. Tim dokter yang menangani operasi katarak tersebut antara lain Dokter Harir Rahmania SpM selaku operator, Ari Datul sebagai asisten, Lilik Ernawati sebagai sirkuler dan Dokter H Budi Wibowo SpM.”Alifa keluar dari ruang operasi dan digendong langsung Ibu Dokter Harier yang disambut suka cita dan bahagia keluarga,”cerita Aris dan menyebutkan Alifa mulai sadar beberapa saat pasca operasi.

Bagi Aris Munandar, Direktur Lembaga Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (LP2MI), pendampingan untuk keluarga pekerja migran yang tidak terkait langsung dengan masalah pekerja migran baru kali ini dijalani.”Kami melakukannya semata-mata misi kemanusiaan dan ini juga erat kaitannya dengan keluarga pekerja migran seperti dialami Alifa yang sudah ditinggal pergi orang tuanya sejak berusia 9 bulan,”jelas Aris dan menyebutkan sesuai Kartu Keluarga, Alifa dan neneknya tingga di Dusun Mujahidin Desa Lenek Daya. Sedangkan Ayah Alifa berdomisili di Dusun Otak Desa, Desa Lenek Kecamatan Lenek. (RA-01)