Media siaran lokal terancam mati suri dan tenggelam bila tidak cepat mengantisipasi dan menyiasati disrupsi era revolusi industri 4.0 yang sekarang merambah semua lini dan sektor kehidupan masyarakat termasuk media massa.

Radio Al Hamzar, Mataram – Demikian diungkapkan Sukri Aruman, Direktur Eksekutif RMC Media Network Mataram  ketika menjadi narasumber pada Media Gathering Pemerintah Kota Mataram  dan KPID NTB dengan Lembaga Penyiaran se-NTB di Aula Pendopo Walikota Mataram, Kamis (14/11).

Menurutnya, hingga saat ini media arus utama (mainstream) masih menjadi rujukan utama publik untuk mendapatkan informasi yang benar, bisa dipercaya dan bertanggungjawab.”Survei  menunjukkan tingkat kepercayaan publik masih tinggi mencapai 78,1 persen,”katanya.

Media Gathtering Pemerintah Kota Mataram bersama lembaga Penyiaran se-NTB dihadiri Wakil Walikota Mataram H Mohan Roliskana sekaligus menjadi narasumber bersama Ketua KPID NTB, Yusron Saudi, Perwakilan BI dan Sukri Aruman (Direktur Eksekutif RMC Media Network Mataram. Dialog interaktif dipandu Dina Mariani dari Radio Komunitas Sinfony UIN Mataram di Aula Pendopo Walikota Mataram, Senin (14/11).

Dijelaskan, sebagai media konvensional dan arus utama (mainstream), radio dan TV lokal juga tak mau kalah dengan euphoria disrupsi yang merambah kalangan generasi milenial. Banyak pakar komunikasi dunia menyebut media konvensional akan tenggelam, tetapi tidak sedikit pula pakar media yang justru menyebut media konvensional, tentunya radio dan TV lokal, justru akan semakin eksis karena pengelola media konvensional justru adaptif dan semakin segmentatif mengelola medianya dengan konten siaran yang  selaras dengan kebutuhan khalayak milenial.

Tingginya tingkat kepercayaan publik kepada media konvensional menandakan bahwa radio dan TV lokal juga akan terus bertahan dan dibutuhkan sebagai sumber informasi dan hiburan. “Yah kalau rockermania punya semboyan rock is never die. Maka, kita para praktisi dan pengelola media, selayaknya mengibarkan semboyan yang tak kalah seru dan semangatnya, Radio Will Never Die. TV Will Never Ever Ending,” katanya menyemangati.

Diungkapkan Sukri, Saat ini, keberadaan media siaran lokal sedang menghadapi situasi dan kondisi yang tidak bisa diprediksi sebagai imbas dari perkembangan dan fenomena global dengan apa yang sama-sama kita kenali sebagai Era Revolusi Industri 4.0. “Intinya, kita sedang digempur oleh munculnya kekuatan baru yakni media sosial sebagai produk teknologi digital dan konvergensi media,”jelas Mantan Ketua KPID Nusa Tenggara Barat periode 2014-2018 ini.

Hadirnya smartphone atau telepon pintar, lanjut Sukri, telah berubah persepsi dan pilihan khalayak memilih dan menggunakan media sesuai kebutuhannya. Dia melansir survei yang menyebutkan semakin tingginya konsumsi menonton video di kalangan anak muda melalui Youtube, netflix dan lain-lain. Hal itu dinilainya semakin menguras energi, ide dan gagasan  insan penyiaran untuk bisa mewarnai konten dan pilihan para pengguna media sosial, agar tertarik menikmati ragam acara dan tayangan yang diproduksi dengan bersusah payah.”Itu hanyalah gambaran sekilas, bagaimana kompleksnya persoalan yang dihadapi lembaga penyiaran radio dan TV lokal yang dihadapkan pada kewajiban menjadi media informasi, sarana pendidikan, hiburan yang sehat, perekat dan kontrol sosial sebagaimana  amanat Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran,”terangnya.

Sukri mengungkapkan, eksistensi Lembaga penyiaran lokal dalam ikut serta membangun daerah, tentu tak perlu diragukan lagi. Meskipun perhatian pemerintah daerah terhadap keberadaan lembaga penyiaran lokal belum begitu menggembirakan insan penyiaran. ”Ada yang sudah mendapat dukungan dan perhatian, tetapi ada juga yang tidak dilirik sama sekali,”sentilnya.

Perkenalkan Program  Selaparang TV 3 in 1

Disisi lain, Sukri menyebutkan pengelola radio dan TV lokal juga mulai mengembangkan konsep siaran berbasis teknologi  konvergensi dan media sosial. Entah itu, LPPL, Swasta dan Komunitas. Sebagian bahkan sudah mengembangkan konsep siaran terpadu, sebagaimana dikembangkan oleh LPPL Selaparang TV Lombok Timur yang meluncurkan SelaparangTV 3 in 1, on TV, Online,On Radio —  sebagai jawaban atas tuntutan zaman yang semakin milenial ini. Saat ini, katanya, Selaparang TV tidak hanya bisa ditonton, tetapi juga bisa dibaca dan didengar. “Di tengah kekosongan regulasi yang secara komprehensif mengatur siaran digital, konvergensi media  (radio dan TV streaming), Selaparang TV tentu bukan mau ikut-ikutan saudara tuanya TVRI dan RRI yang juga semakin mendunia  karena melakukan transformasi siaran  digital,” papar Ketua Pelaksana Tugas Dewan Pengawas LPPL Selaparang TV Lombok TImur ini.

Manajemen Selaparang TV,lanjut Sukri, menyadari bahwa, pengelola media harus bisa memudahkan publik untuk mengakses tayangan siaran lokal dengan semua saluran media yang tersedia. Oleh karenanya, sejak awal tahun 2019 lalu, diluncurkanlah portal berita atau media siber www.selaparangTV.co untuk mempercepat  penyebarluasan informasi dan berita daerah Lombok Timur dan Nusa Tenggara Barat yang tidak ditayangakan selama 24 jam oleh siaran analog Selaparang TV.  “Faktanya, portal berita ini sudah bisa menembus tidak kurang dari 24 ribu subscriber, sebuah angka pembaca yang lumayan untuk ukuran portal berita yang diterbitkan oleh lembaga penyiaran publik lokal,”tutur pria yang akrab disapa Ray.

Diungkapkannya, Selaparang TV juga meluncurkan siaran radio streaming Selaparang TV Radionet sejak  Agustus 2019 lalu, tepat di usia 15 Tahun Selaparang TV sebagai LPPL Televisi pertama di Nusa Tenggara Barat. Siaran SelaparangTVRadionet  bersiaran 24 jam non stop dimaksudkan untuk menjawab dan memenuhi keinginan publik yang ingin mendapatkan informasi terkini tanpa harus menonton siaran TV.  Yang unik, selain menyajikan informasi terkini, Selaparang TV juga menyuguhkan 100% lagu dan musik daerah Gumi Selaparang sebagai komitmen menjalankan misi media perekat dan perawat keberagaman serta kearifan lokal. Respons publik di luar dugaan, dalam masa uji coba siaran (broadcasting trial). “Jumlah pendengar Selaparang TV Radionet selama dua pekan saja pada Akhir September 2019 lalu telah menembus angka lebih dari 17 ribu total listeners  di 48 negara,”katanya membeberkan data.

Uniknya lagi,jelas Sukri, Lagu Pop Sasak dan Gamelan Khas Gumi Selaparang menjadi salah satu menu siaran yang paling banyak didengarkan oleh pendengar di luar negeri. Menyusul informasi tentang pariwisata dan budaya, selain menghadirkan program berita unggulan Jendela Selaparang. “Inilah salah satu bukti bahwa SelaparangTV kini bisa menyapa dunia dan diyakini efektif sebagai penyebar berita baik, berita perdamaian dan kemanusiaan dari Bumi Selaparang Lombok Timur,”ujarnya optimis seraya menambahkan bahwa hal tersebur juga  sekaligus peluang dan tantangan Selaparang TV bagaimana ke depan mengkemas program siaran yang dapat mengangkat citra positif tentang NTB khususnya Lombok Timur yang juga punya keunggulan komparatif dan kompetitif sebagai destinasi wisata kelas dunia di Indonesia.

Media Siaran Lokal Agar Adaptif dan Segmentatif

Menurut Sukri, media konvensional, radio dan TV lokal tentu akan terus eksis mengikuti perkembangan zaman dan tidak akan tergerus hanya karena pesatnya kemajuan teknologi digital dan media sosial.

Kekuatan media siaran lokal tentu saja karena lokalitas dan sifatnya yang personal. Maka dari itu, selayaknya pengelola radio dan TV lokal harus bisa mengkemas dan mengembangkan konten lokal dengan baik dan segmentatif sehingga dapat menjangkau semua khalayak terutama generasi milenial yang unik dan dan spesifik sekali. “Mengenal karakter khalayak milenial dengan baik, akan semakin memudahkan pengelola radio dan TV lokal untuk mencari format dan program siaran yang tidak sekedar informatif dan menghibur tetapi juga menjual,”pungkasnya. (RA-02)