RADIOALHAMZAR.COM, Lombok Barat – Sebagai ikhtiar menjalankan program satu rumah satu sarjana, dua perguruan tinggi yang bernaung di bawah Yayasan Maraqitta’limat NTB yakni STIKES dan STKIP Hamzar kembali menggelar wisuda ke VII tepatnya di ujung pergantian tahun.

Untuk 2021 ini, STIKES Hamzar berhasil mewisuda 19 orang sarjana dari S1 Ilmu Keperawatan, 27 orang S1 Pendidikan Bidan baik reguler maupun alih jenjang, dan 13 orang D3 Kebidanan. Kemudian STKIP Hamzar berhasil mewisuda 53 orang sarjana PGSD dan 58 orang sarjana PGPAUD.

Dalam sambutannya mewakili Dewan Pembina Yayasan Maraqitta’limat, Ustad Muhammad Rizki Hamzar MA berpesan kepada para wisudawan dan wisudawati yang sedang bersukacita agar mengingat bahwa hari wisuda bukan akhir dari perjuangan. Melainkan awal dari perjalanan baru, atas kewajiban untuk mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya.
“Sekarang, para wisudawan dan wisudawati dibebankan suatu kewajiban, yakni mengamalkan ilmu yang dimiliki,” pesannya saat memberikan sambutan seremoni wisuda tersebut, di hotel Merumata Senggigi, Lombok Barat, Kamis (23/12).

Acara wisuda itu dihadiri juga oleh perwakilan dari pemerintah daerah. Sehingga ia berharap, pemerintah ke depannya dapat berperan memberi dukungan dan saling bersinergi. Terutama untuk mewadahi dan memberi peluang bagi para sarjana agar bisa berkontribusi mengaplikasikan ilmunya untuk memajukan daerah dan bangsa.

“Karena ketika berhasil mewisuda para mahasiswa, itu berarti separuh dari tugas perguruan tinggi sudah selesai. Sisanya perguruan tinggi membutuhkan dukungan dan sinergi dari pemerintah, untuk memberi ruang bagi para sarjana ini membuktikan dirinya bahwa mereka mampu,” tegasnya.
Untuk bisa sampai tahap ini, kata dia, para sarjana telah melalui banyak perjuangan. Termasuk juga para orang tua yang rela melakukan apa pun untuk bisa melihat anaknya menjadi seorang sarjana.

“Jadi tidak ada alasan, kita kekurangan tenaga pendidikan dan tenaga kesehatan. Karena STIKES dan STKIP Hamzar sudah membuktikan keistiqomahannya dalam mendukung program-program pemerintah,” ungkap Rizki.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Maraqitta’limat, Dr TGH. Hazmi Hamzar SH MH CLA CIL turut berpesan agar para sarjana yang diwisuda dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Sehingga ilmu yang telah diperoleh, dapat diaplikasikannya di sana.

“Setelah anak-anak ini sarjana kan, soal nasibnya itu tergantung juga dari kepandaian dia bergaul,” ujarnya.

Menurut Hazmi, para sarjana sudah memiliki dasar atau pondasi ilmu. Sehingga mereka juga memiliki kematangan dalam berpikir.
Dengan begitu ke depannya mereka diharapkan dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Terlebih dengan program satu rumah satu sarjana yang diikhtiarkan Yayasan Maraqitta’limat dapat berjalan.

“Jadi dari TK sampai perguruan tinggi, kita akan antarkan anak-anak ini sampai sekolah yang tinggi,” jelasnya. Pihaknya bahkan akan memfasilitasi untuk mencarikan program-program beasiswa magister untuk pendidikan lanjutan.
“Apa yang bisa kita perbuat untuk bisa mencarikan beasiswa S2, kita carikan. Yang mau S3 juga kita carikan juga. Jadi ini sangat tergantung kemauan mereka,” imbuhnya.

Di sisi lain, pencapaian jenjang pendidikan dan karir yang lebih tinggi juga disebutnya berkaitan dengan kesempatan yang diberikan oleh para orang tua. “Rata-rata, orang tua ini jarang bisa pisah dengan anaknya. Begitu anaknya lulus, biasanya dituntut untuk bekerja tidak boleh jauh dari rumahnya,” tutur Hazmi.

Menurutnya, bila hanya berpaku di NTB saja, peluang kerja yang tersedia di luar sana bisa terbuang begitu saja. Dicontohkan seperti di Belanda, di mana sarjana PAUD justru menjadi rebutan.

Untuk itu Hazmi berpesan, perlu adanya kerelaan orang tua untuk melepas anaknya. Serta keinginan anak untuk bisa meningkatkan jenjang pendidikan dan karir yang tanpa batas.
“Kita selalu minta kepada para orang tua, ‘wakafkan’ anak itu ke kita (yayasan, Red). Biar kita yang aturkan ke mana kita bisa tempatkan mereka melanjutkan pendidikannya,” harap dia.

Senada, Asisten III Setda Provinsi NTB, Nurhandini Eka Dewi menyampaikan dalam sambutannya fenomena banyaknya anak berprestasi yang tidak bisa berkembang, karena masih terhalang oleh restu orang tua.
“Kami harap, bapak-ibu bisa mengizinkan anaknya untuk menempuh karir, hingga luar NTB. Karena NTB ini wilayahnya kecil,” ujarnya. Selain itu, ia juga berpesan agar para sarjana kesehatan dari STIKES Hamzar tetap mengutamakan etika dalam menjalankan profesinya.

Eka mengingatkan dari beberapa kasus yang menjerat Nakes secara umum, banyak ditemukan berkaitan dengan pelanggaran etika. Untuk itu pihaknya berharap jangan sampai kasus serupa terulang pada sarjana lulusan STIKES Hamzar.
“Karena yang membedakan Nakes dengan tenaga lain adalah ada ikatan etika,” imbuhnya. Tak lupa, Eka menyampaikan ucapan selamat dan sukses kepada para wisudawan dan wisudawati lulusan STIKES dan STKIP Hamzar, yang diharapkan dapat bersama-sama membangun NTB ke depannya. (*)