RADIOALHAMZAR.COM – Hajar Aswad (bahasa Arab: ٱلْحَجَرُ ٱلْأَسْوَد, al-Ḥajaru al-Aswad) merupakan sebuah batu yang diyakini oleh umat Islam berasal dari surga, dan yang pertama kali menemukannya adalah Nabi Ismail dan yang meletakkannya adalah Nabi Ibrahim.
Dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam. Batu ini memiliki aroma yang unik dan ini merupakan aroma wangi alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya, dan pada saat ini batu Hajar Aswad tersebut ditaruh di sisi luar Ka’bah sehingga mudah bagi seseorang untuk menciumnya. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi Muhammad SAW. Karena dia selalu menciumnya setiap saat tawaf.
Pada awalnya, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membangun Ka’bah (QS Al-Baqarah [2]: 125-128). Ka’bah adalah tempat ibadah pertama yang dibangun di dunia QS Ali Imran [3]: 96-97). Sebagaimana disebutkan dalam bukunya Qishash al-Anbiyaa’ (kisah para Nabi dan Rasul), Ibnu Katsir menjelaskan, saat pembangunan Ka’bah hampir selesai, dan masih terdapat satu ruang kosong untuk menutupi temboknya, Ibrahim berkata kepada anaknya, Ismail AS, untuk mencari batu, agar ruang kosong itu bisa segera tertutupi.
”Pergilah engkau mencari sebuah batu yang bagus untuk aku letakkan di salah satu sudut Ka’bah sebagai penanda bagi manusia.”
Ismail pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat Jibril datang pada Ismail AS dan memberinya sebuah batu hitam (Hajar Aswad) yang paling bagus. Dengan senang hati ia menerima batu itu dan segera membawa batu itu untuk diberikan pada ayahnya. Nabi Ibrahim AS pun gembira dan mencium batu itu beberapa kali.
Kemudian Ibrahim AS bertanya pada putranya, ”Dari mana kamu peroleh batu ini?” Ismail AS menjawab, ”Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu.” Ibrahim AS mencium batu itu lagi dan diikuti juga oleh Ismail AS. Begitulah, sampai saat ini banyak yang berharap bisa mencium batu yang dinamai Hajar Aswad itu.
Dalam buku Ibnu Katsir disebutkan, ketika Ibrahim memerintahkan Ismail untuk mencari batu tersebut, Ismail merasa sangat letih. ”Wahai ayah, aku merasa malas dan capek.” Ibrahim berkata, ”Biar aku saja yang mencari.” Lalu ia pergi dan bertemu dengan Jibril yang membawakan batu hitam dari India.
Sebelumnya, batu itu putih bak permata. Adam membawanya ketika ia turun dari surga. Batu tersebut berubah menjadi hitam karena dosa-dosa manusia. Lalu, Ismail datang dengan membawa sebuah batu, namun ia telah melihat batu di salah satu sisi Ka’bah.
Ismail berkata, ”Wahai ayahku, siapakah yang membawa batu ini.” Ibrahim menjawab, ”Yang membawa adalah yang lebih giat darimu.” Lalu keduanya melanjutkan pembangunan Ka’bah sambil berdoa, ”Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 127).
Sempat dicuri dan pecah
Dalam perjalanan sejarah, batu Hajar Aswad ini telah mengalami banyak peristiwa. Batu ini pernah hilang dan pecah. Kementerian Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah, dan Penyuluhan Kerajaan Arab Saudi dalam situsnya memberikan detail sejarah peletakan kembali Hajar Aswad ini. Menurut situs tersebut, yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim AS dan batu itu diyakini sebagai permata yang berasal dari Surga.
Ketika Bani Bakar bin Abdi Manaf bin Kinanah bin Ghaisyan bin Khaza’ah mengusir keturunan Jurhum dari wilayah Makkah, Amr bin Harits bin Madhadh Al Jurhumi membawa serta dua patung emas kepala rusa dan Hajar Aswad dan dipendam di sumur Zamzam, seterusnya mereka berangkat menuju Yaman. Namun, pemendaman Hajar Aswad di dalam sumur Zamzam tidak bertahan lama karena seorang wanita dari bani Khaza`ah memberitahukan kepada kaumnya bahwa dia melihat orang Jurhum memendam Hajar Aswad di sumur tersebut. Kemudian, mereka meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempatnya. Hal ini terjadi sebelum pembangunan oleh Qushay bin Kilab.
Setelah makkah dikuasai oleh suku Qaramitah di bawah pimpinan Abu Tahir Al Qarmuthi, mereka membantai 1.700 orang di Masjid Al-Haram, sebagian bergelantungan di Ka’bah kemudian mereka memenuhi sumur Zamzam dengan mayat-mayat. Mereka merampas harta orang-orang dan perhiasan Ka’bah, merobek-robek kiswah penutup Ka’bah dan membagikannya kepada kawan-kawannya, merampok benda-benda berharga dalam Ka’bah, melepas pintu Ka’bah, dan memerintahkan pula untuk mengambil talang emasnya.
Pada 606 M, ketika Makkah kebanjiran yang menyebabkan kerusakan pada Ka’bah, banyak kabilah Quraisy yang bersengketa mengenai orang yang harus meletakkan batu mulia ini ke tempatnya. Setelah disepakati, orang yang harus meletakkannya adalah orang yang pertama kali masuk ke Ka’bah. Rasulullah SAW menggelar sebuah kain persegi empat, dan para pemimpin kabilah diminta untuk memegang setiap sudut kain tersebut, lalu Rasulullah SAW meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya.
Sekitar 180-an H, Abdullah bin Zubair memasang lingkaran pita perak di sekeliling Hajar Aswad. Pemasangan pita perak itu dilakukan agar Hajar Aswad tetap utuh dan tidak mudah pecah. Pemasangan pita perak berikutnya dilakukan pada 189 H, ketika Sultan Harun ar-Rasyid berkuasa.
Pada 7 Zulhijah 317 H, Abu Tahir Al Qarmuthi menduduki Kota Makkah dan mencopot Hajar Aswad dari tempatnya secara paksa. Abu Tahir memerintahkan Ja’far bin Ilaj untuk mencopot Hajar Aswad dan membawanya. Setelah sebelumnya dia melakukan kebiadaban dengan membunuh orang-orang yang sedang tawaf, iktikaf, dan shalat.
Mereka membawa Hajar Aswad ke negerinya. Setelah itu tempat Hajar Aswad kosong. Orang-orang yang tawaf hanya meletakkan tangannya di tempatnya saja untuk mendapatkan berkahnya. Akhirnya Hajar Aswad dikembalikan ke tempatnya pada 10 Zulhijah 339 H, setelah 22 tahun Ka’bah kosong dari Hajar Aswad.
Pada 363 H datang seorang laki-laki dari Romawi. Saat ia mendekati Hajar Aswad, ia mengambil cangkul dan memukulkannya dengan kuat ke pojok tempat Hajar Aswad hingga berbekas. Ketika ia akan mengulangi perbuatannya, seorang Yaman datang dan menikamnya sampai roboh.
Pada 413 H, Bani Fatimiyah mengirim sebagian pengikutnya dari Mesir di bawah pimpinan Hakim Al-Abidi, di antaranya ada seorang laki-laki yang berkulit merah dan berambut pirang serta berbadan tinggi besar, sebelah tangannya menghunus pedang, sedangkan yang sebelah memegang pahat, lalu dipukulkannya ke Hajar Aswad sebanyak tiga kali hingga pecah dan berjatuhan, sambil berkata, ”Sampai kapan batu hitam ini disembah, sekarang tidak ada Muhammad atau Ali yang dapat melarangku dari perbuatanku, kini aku ingin menghancurkan Ka’bah.”
Kemudian pasukan berkumpul untuk membunuh dia dan berikut para pembantunya. Kemudian pada 990 H datang seorang laki-laki asing (bukan orang Arab) membawa sejenis kapak dan dipukulkannya ke Hajar Aswad, Pangeran Nashir menikamnya dengan belati hingga mati.
Tahun 1268 H, Sultan Abdul Majid, Khalifah Uthmaniah (1225-1277 H/1839-1861 M), menghadiahkan sebuah lingkaran emas untuk dililitkan pada Hajar Aswad, sebagai pengganti lingkaran pita perak yang telah hilang. Lingkaran emas itu kemudian diganti semula dengan lingkaran perak oleh Sultan Abdul Aziz, Khalifah Uthmaniah (1861-1876 M). Pada 1331 H, atas perintah Sultan Muhammad Rasyad (Muhammad V, memerintah pada 1909-1918), lingkaran pita perak itu diganti dengan lingkaran pita perak yang baru. Untuk menjaga dan mengekalkan keutuhannya, Hajar Aswad sering dililit dan dilingkari dengan lingkaran pita perak.
Peristiwa lain yang pernah terjadi adalah ketika di akhir bulan Muharram 1351 H datang seorang laki-laki dari Afghanistan. Ia mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain Kiswah serta sepotong perak pada tangga Ka’bah. Penjaga masjid mengetahui perbuatan itu kemudian menangkapnya, dia pun dihukum mati.
Pada 28 Rabiul Akhir 1351 H datang Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman Al Faisal As Saud ke Masjid al-Haram dalam rangka perekatan pecahan Hajar Aswad akibat perbuatan tentara terkutuk tadi. Perekatan tersebut dilakukan setelah diadakan penelitian oleh para ahli untuk menentukan bahan khusus yang digunakan untuk merekat batu pecahan Hajar Aswad, yaitu berupa bahan kimia yang dicampur dengan minyak misik dan ambar. dia/sya/berbagai sumber
Sejarah Panjang Hajar Aswad
- 1850-1820 SM: Nabi Ibrahim meletakkan Hajar Aswad di Ka’bah, saat pembangunan Ka’bah.
- 400 M: Amr bin Harits bin Madhadh al-Jurhum memasukkan ke dalam sumur Zamzam.
- 400 M: Qushay bin Kilab (kakek Rasul SAW yang kelima) meletakkan kembali ke tempatnya di Ka’bah.
- 606 M, terjadi kerusakan pada Ka’bah akibat banjir. Rasul SAW menempatkannya di tempat yang ada sekarang, setelah terjadi perdebatan antarkabilah Quraisy.
- 180-an H, Abdullah bin Zubair memasang lingkaran pita perak di sekeliling Hajar Aswad.
- 7 Zulhijah 317 H: Abu Tahir Al Qarmuthi mencopot Hajar Aswad.
- 10 Dzulhijjah 339 H, Hajar Aswad berhasil dikembalikan ke tempatnya.
- 363 H, Hajar Aswad dipukul oleh seorang laki-laki dari Romawi, namun ia tidak berhasil membawanya.
- 413 H, seorang laki-laki dari Bani Fatimiyyah, memecahkan Hajar Aswad.
- 990 H, seorang laki-laki asing memukul Hajar Aswad.
- 1268 H, Sultan Abdul Majid mengganti lingkaran perak dengan emas.
- 1293 H, Sultan Abdul Aziz mengganti lingkaran emas dengan perak.
- Muharram 1351 H, seorang laki-laki dari Afghanistan mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain Kiswah Ka’bah.
- 28 Rabiul Akhir 1351 H, Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman Al-Faisal As-Saud merekatkan kembali Hajar Aswad yang telah pecah dan memberinya lingkaran perak di sekelilingnya. (Tim/diolah dari berbagai sumber)