Dia adalah penulis kitab paling terkenal berjudul “Al Jami’ Ash Shahih Al Musnad min Haditsi Rasulillah shallallahu ‘alaihi wassalam wa Sunanihi wa Ayyamihi”.

Salah satu kelebihan Imam Bukhari adalah tingkat ketelitiannya serta kriteria yang digunakannya. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan.

radioalhamzar.comAmirul Mukminin fil Hadits.  Gelar itu didaulatkan para ulama kepada ahli hadits dari kota Bukhara, Uzbekistan.  Tak salah bila  ulama besar di abad ke-9 M ini ditabalkan sebagai “Pemimpin kaum Mukmin dalam Ilmu Hadits”. Betapa tidak. Hampir seluruh ulama merujuk kepada kitab kumpulan hadits sahih yang disusunnya.

Komplek Makam Imam Bukhari di Samarkhand Uzbeskistan yang ramai dikunjungi wisatawan muslim seluruh dunia.

Para ulama juga bersepakat, Al-Jami’ As-Sahih atau Sahih Al-Bukhari — kumpulan hadits sahih – sebagai “kitab paling otentik setelah Alquran”.  Sahih Al-Bukhari yang disusun ulama legendaris asal “kota lautan pengetahuan” — Bukhara – itu juga diyakini kalangan ulama Sunni sebagai  literatur hadits yang paling afdol.

Sang ulama  fenomenal  itu mendedikasikan hidupnya untuk menyeleksi secara ketat ratusan ribu hadits  yang telah dihafalnya sejak kecil. Karyanya yang begitu monumental itu bak cahaya yang  telah menerangi  perjalanan hidup umat Islam.  Ribuan hadits sahih yang telah dipilihnya menjadi pedoman hidup umat Islam, setelah Alquran.

Bukhara Uzbekistan, Kota Kelahiran Imam Bukhari
Benteng Bahtera di Bukhara Uzbekistan.

Ulama besar dan ahli hadits nomor wahid ini memiliki nama lengkap  Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu Al-Mughirah Ibnu Bardizbah Al-Bukhari. Ia lebih dikenal dengan nama tanah kelahirannya, Bukhara. Dan Masyarakat Muslim pun biasa memanggilnya Imam Bukhari. 

Pemimpin kaum Mukminin dalam Ilmu Hadits itu terlahir pada hari Jumat, 13 Syawal 194 H bertepatan dengan 20 Juli 810 M. Sejak kecil Imam Bukhari hidup dalam keprihatinan. Alkisah, ketika terlahir ke dunia, Bukhari cilik tak bisa melihat alias buta. Sang bunda tak putus dan tak tak pernah berhenti  berdoa dan memohon  kepada Allah SWT untuk kesembuhan penglihatan puteranya..

Sang Khalik pun mengabulkan doa-doa yang selalu dipanjatkan ibu Imam Bukhari.  Secara menakjubkan, ketika menginjak usia 10 tahun, penglihatan bocah yang kelak menjadi ulama terpandang itu kembali normal. Imam Bukhari sudah akrab dengan ilmu hadits sejak masih belia. Sang ayah, Ismail Ibnu Ibrahim juga seorang ahli hadits yang terpandang.

Ismail merupakan  salah seorang murid ulama terpandang Hammad ibnu Zaid dan Imam Malik. Sang ayah tutup usia saat Imam Bukhari masih belia. Meski hidup sebagai seorang anak yatim yang hidup serba pas-pasan, Bukhari cilik tak pernah putus asa. Ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan belajar, tanpa merisaukan masalah keuangan.

Ilmu hadits telah membetot perhatiannya sejak kecil. Selain belajar Alquran dan pelajaran penting lainnya, ilmu hadits adalah favoritnya.  Sejak penglihatannya menjadi normal, dia sudah membaca karya-karya atau kitab hadits yang ada. Bahkan, menginjka usia 16 tahun, Imam Bukhari sudah mampu menghapal karya-karya Waki dan Abdullah ibnu Al-Mubarak.

“Sekali saja ia membaca buku, maka dia sudah hafal isinya,” papar Ibnu Katheer yang terkagum-kagum dengan daya ingat sang ahli hadits. Daya ingat dan kecepatannya dalam menghafal sunggung tiada dua, pada zamannya. Kekuatan intelektualnya sungguh sangat memukau dan menakjubkan.

Hapal Ratusan Ribu Hadist

Pada usia 10 tahun, Imam Bukhari sudah mampu menghafal 70 ribu hadits.  Tanpa bermaksud jumawa Imam Bukhari sempat berkata, “Saya hafal seratus ribu hadits sahih, dan saya juga hafal dua ratus ribu hadits yang tidak sahih”.

Ia tak cuma mampu menghafal ratusan ribu hadits, namun juga mampu menyebutkan sanad  dari setiap hadits yang diingatnya.

Shahih Bukhari, buku Karya Imam Bukhari yang paling fenomenal

“Dia diciptakan Allah SWT, seolah-olah hanya untuk hadits,” tutur Muhammad bin Abi Hatim mengutip perkataan Abu Ammar Al-Husein bin Harits yang terkagum-kagum dengan daya ingat dan kecerdasan Imam Bukhari. Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah menilai Imam Bukhari sebagai manusia  di muka bumi yang paling kuat ingatannya dalam menghafal hadits.

Menginjak usia 16 tahun,  Imam Bukahri bersama ibu dan saudaranya pergi menunaikan ibadah haji ke Makkah.  Perjalanan pertamanya ke Semenanjung Arab itu dimanfaatkannya untuk meningkatkan pengetahuannya tentang ilmu hadits. Imam Bukhari pun berkelana dari satu kota pusat  pengetahuan ke kota lainnya. Di setiap kota, ia berdiskusi dan bertukar informasi tentang hadits dengan para ulama.

Imam Bukhari sempat menetap di sejumlah kota pusat intelektual Muslim seperti  Basrah, Hijaz, Mesir, Kufah dan Baghdad.  Ketika tiba di kota Basrah, penguasa kota itu menyambut dan mendaulatnya untuk mengajar. Kedatangannya di Baghdad – ibu kota pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah – juga mendapat perhatian dari para ulama dan petinggi  kota itu.

Sepuluh ulama Hadits di kota itu pun mencoba menguji kemampuan dan daya ingtanya dalam menghafal sabda Rasulullah SAW. Para ulama itu lalu menukarkan sanad dari ratusan hadits. Dalam sebuah pertemuan, para ulama itu lalu menanyakan hadits-hadits yang telah ditukar-tukar sanadnya itu.

Namun, Imam Bukhari mengaku tak mengenal hadits yang ditanyakan para ulama Baghdad itu, lalu membacakan hadits-hadits itu dengan sanad yang benar.  Para ulama Baghdad pun terkagum-kagum dengan kecerdasan dan ketelitian sang ahli hadits. Ujian serupa juga dilakukan para ulama di berbagai kota yang disinggahinya. Dan ujian itu berhasil dilaluinya dengan baik.

Pada usia 18 tahun, secara khusus Imam Bukhari mencurahkan pikiran dan waktunya untuk mengumpulkan, mempelajari, menyeleksi dan mengatur ratusan ribu hadits yang dikuasai dan dihafalnya. Demi untuk memurnikan dan mencapai hadits-hadis yang paling otentik dan sahih, ia  berkelana ke hampir seluruh dunia Islam seperti Mesir, Suriah, Arab Saudi, serta Irak.

Dengan penuh kesabaran, ia mencari dan menemui para periwayat atau perawi hadits dan mendengar langsung dari mereka. Tak kurang dari 1.000 perawi hadits ditemuinya. Hingga kahirnya, Imam Bukahri menguasai hampir lebih dari 600 ribu hadits baik yang sahih maupun dhaif. Perjalanan mencari dan menemukan dan membuktikan kesahihan hadits-hadits itu dilakukannya selama 16 tahun.

Setelah sekian lama mengembara, ia lalu kembali ke Bukhara dan merampungkan penysunan  kitab yang berisi kumpulan hadits sahih berjudul  Al-Jami’ Al-Sahih. Kitab hadits  yang menjadi rujukan para ulama itu bersi 7.275 hadits  sahih. Pada usia 54 tahun, dia berkunjung ke Nishapur sebuah kota di Asia Tengah. Di kota itu, Imam Bukhari diminta untuk mengajar hadits. Salah seorang muridnya adalah Imam Muslim yang juga terkenal dengan kitabnya Sahih Muslim.

Imam Bukhari lalu hijrah ke  Khartank, sebuah kampung di dekat Bukhara. Para penduduk desa memintanya untuk tinggal di tempat itu. Imam Bukhari pun tinggal di desa Khartank hingga tutup usia pada usia 62 tahun. Ia meninggal dunia pada tahun 256 H/ 870 M. Meski telah meninggal 13 belas abad yang lalu, namun cahaya dari Bukhara itu tak pernah padam dan terus menerangi kehidupan kaum Muslim.

Jasa Soekarno Temukan Makam Imam Bukhari

Nama Presiden Pertama Repubik Indonesia, Soekarno, begitu sangat legendaris bagi masyarakat Uzbekistan, sebuah negara di Asia Tengah pecahan Uni Soviet yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Kepopuleran nama Presiden Soekarno berkaitan dengan kisah ditemukannya makam Imam Bukhari, seorang perawi nabi yang sangat termasyur di kalangan umat Islam.

Tidak banyak yang tahu, Soekarno lah orang yang meminta pemerintah komunis Soviet agar menemukan makam tersebut. Berkat jasa Soekarno, saat ini kompleks makam Imam Bukhari yang terletak di desa Hartang, sekitar 25 kilometer dari Samarkand, telah menjadi salah satu wisata umat Islam seluruh dunia.

Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno, sosok pemimpin dunia yang dinilai berjasa dibalik penemuan Makam Imam Bukhari

Kebesaran nama Soekarno tidak hanya dikenal di seluruh penjuru Indonesia, namun menggema di seluruh dunia. Dia dikenal sebagai sosok pemimpin berani, tegas, kharismatik, dan tidak mudah diatur oleh bangsa mana pun. Tidak hanya bagi bangsa Indonesia, kisah kepahlawanan Bung Karno juga dirasakan bagi umat Islam di dunia. Salah satunya di Uzbekistan.

Sejarah Soekarno dengan bangsa Uzbekistan dimulai setelah Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Pemerintah Soviet mengundang Presiden Soekarno untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow. Saat itu, Soekarno sadar, sebagai Presiden Indonesia yang dianggap sebagai pemimpin negara-negara non-blok, harus bersikap netral terhadap Blok Timur maupun Blok Barat. Tapi disisi lain, Soekarno juga menyadari bahwa Indonesia butuh dukungan Soviet untuk melegitimasi eksistensi negara-negara non-blok, dan kesepakatan yang telah dicapai dalam Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Soekarno juga menyadari membutuhkan dukungan Soviet untuk menghadapi berbagai upaya negara-negara Barat yang masih terus berusaha menjajah dan menguasai kembali Indonesia. Sementara itu, Soekarno mafhum bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah beragama Islam, sehingga tidak mungkin Indonesia akan ikut Blok Timur yang dipimpin oleh negara komunis Soviet.

Situasi itu yang oleh Soekarno disiasati dengan sangat cerdas dengan mengajukan syarat atas rencananya memenuhi undangan Pemerintah Soviet, dengan meminta dicarikan/ditemukan makam Imam Bukhari seorang perawi Nabi Muhammad SAW yang amat termasyhur itu. Kata Soekarno kepada Presiden Soviet, “Aku sangat ingin menziarahinya”.

Menurut Israil, muazim Masjid Imam Bukhari, menjelang kedatangan Bung Karno pada tahun 1956, kondisi makam tidak terawat dengan baik dan berada di semak belukar, hingga akhirnya pemerintah Soviet membersihkan dan memugar makam tersebut untuk menyambut kedatangan Soekarno. Penghormatan Soekarno terhadap Imam Bukhari dilakukannya dengan cara melepas sepatu dan berjalan merangkak dari pintu depan menuju makam ketika turun dari mobil yang mengantarnya.

“Presiden Soekarno merangkak menuju makam lalu memanjatkan doa dan dilanjutkan salat serta membaca Alquran,” ujar Israil.

Keterangan tersebut diperkuat oleh Muhammad Maksud, penjaga makam Imam Bukhari, bahwa atas jasa Presiden Soekarno, kompleks makam Imam Bukhari kini dipugar hingga terlihat sangat megah seperti saat ini. Sehingga, kompleks makam seluas 10 hektare ini menjadi wisata bagi umat Islam di dunia setelah makam Nabi Muhammad SAW di Madinah.

Sementara itu, Ahmad Basarah, Wakil Ketua MPR RI yang juga ketua delegasi, saat mengunjungi makam Imam Bukhori Sabtu,14 September 2019 mengatakan kunjungannya bersama delegasi adalah untuk melanjutkan silaturahmi yang pernah dilakukan oleh Presiden RI Pertama, Soekarno, di tahun 1956 dan 1961 saat berkunjung ke Samarkand, serta menyampaikan amanah Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri yang juga putri Presiden Soekarno yang berpesan agar bangsa Indonesia menghormati Imam Bukhori sebagai seorang perawi Nabi Muhammad SAW yang hadist-hadistnya menjadi rujukan umat Islam sedunia.

Basarah berharap hubungan baik antara Uzbekistan dan Indonesia, baik pemerintah Indonesia dengan pemerintah Uzbekistan maupun masyarakat Indonesia dengan masyarakat Uzbekistan yang khususnya mayoritas beragama Islam.

“Hubungan kedua negara dapat ditingkatkan dengan kerja sama kebudayaan dan pariwisata. Salah satunya menjadikan makam Imam Bukhari sebagai destinasi wisata religi masyarakat muslim Indonesia. Dan sebaliknya, makam-makam tokoh-tokoh yang menyiarkan Islam di Indonesia seperti Wali Songo juga dapat menjadi destinasi wisata religi masyarakat Uzbekistan ke Indonesia selain destinasi wisata lainnya seperti Bali, Pulau Komodo, dan lain lain,” kata Basarah sebagaimana ditulis TEMPO.co. (RA-01/diolah dari berbagai sumber)